Jika anda menemukan satu atau beberapa indikasi dari artikel yang berjudul “faktor-faktor penghambat speaking”, maka anda wajib membaca solusi atas faktor-faktor penghambat tersebut. Berikut ini disajikan follow up dari faktor-faktor penghambat speaking.
Terlalu Memikirkan Grammar Saat Speaking: Aspek Penilaian Grammar Berbeda dengan Speaking
Hal ini dapat diatasi dengan menyadari bahwa penilaian mata pelajaran atau mata kuliah grammar sungguh jauh berbeda dengan penilaian pada mata kuliah grammar.
Pada speaking, aspek-aspek yang dinilai antara lain:
- Vocabulary yang mencakup variasi kosakata yang digunakan;
- Fluency atau kelancaran berbicara;
- Accuracy ata akurasi yang merujuk pada ketelitian; dan
- Pronunciation atau pelafalan
- Intonation atau intonasi (nada berbicara);
- Understanding atau pemahaman terhadap apa yang dibicarakan/dibahas; dan
- Diction atau kesesuaian kata yang dipakai (misal lampu “padam” atau “wafat” - is lamp “dead”, “off”, or “pass away”)
Meskipun akan jauh lebih bagus jika teman-teman mampu melakukan grammatical speaking, namun perlu diingat bahwa tidak bisa hanya karena beberapa kesalahan tata bahasa saat speaking saja lantas teman-teman mengambil kesimpulan bahwa teman-teman tidak berbakat atau tidak mampu speaking.
Speaking merupakan sebuah proses yang kompleks dan rumit karena speaking membutuhkan kinerja ekstra dari otak untuk memikirkan bahasa dan konten yang akan dibicarakan pada saat yang relatif sama. Hal ini menyebabkan otak anda harus memilih, apakah akan mengedepankan aspek tata bahasa (grammar) dengan konsekuensi teman-teman akan sedikit lebih lambat saat berbicara dengan mengedepankan kriteria penilaian speaking dengan konsekuensi bahwa speaking teman-teman akan tidak grammatical atau akan sedikit kurang grammatical.
Tentu saja teman-teman harus mengedepankan kriteria penilaian speaking karena tujuan speaking jelas adalah untuk melatih kemampuan berbicara teman-teman - bukan untuk mempelajari tata bahasa atau grammar.
Terkait poin ini, disarankan agar teman-teman dapat berbicara dalam bahasa Inggris layaknya teman-teman berbicara dalam bahasa Indonesia yang berlangsung secara alami tanpa kesadaran bahwa teman-teman sedang berpikir. Berbicaralah seperti layaknya teman-teman mengatakan “mati lampu” dan tidak merasa ada yang salah dengan frase tersebut. Padahal pertama, lampu itu padam bukan mati (yang mati itu hewan/binatang); kedua, yang sebenarnya padam adalah listrik, bukan cuma lampu saja.
Takut Salah: Semua Manusia Melakukan Kesalahan
Semua manusia pasti melakukan kesalahan. Tidak ada satupun didunia ini yang mampu berbahasa secara sempurna. Kesalahan itu wajar. Jauh lebih wajar lagi jika kesalahan itu dilakukan saat proses belajar. Jika tidak salah, bukan belajar namanya. Lebih baik anda saja yang menjadi guru atau dosennya, jika anda memang tidak pernah salah dan tidak mau salah.
Bahasa berada dibawah payung social science yang berbeda dengan pure science. Ini berarti bahwa dalam belajar bahasa, teman-teman harus memiliki keberanian yang sangat tinggi karena kesalahan tidak akan berarti apa-apa kecuali membuktikan bahwa teman-teman sedang belajar dan teman-teman sedang berproses.
Melakukan kesalahan dalam mata pelajaran atau mata kulian social science tidak akan merugikan siapa-siapa. Percayalah, tidak akan ada nyawa yang terancam karena kesalahan anda. Berbeda halnya dengan dunia pure science yang harus meminimalisir kesalahan misalnya dalam maka kuliah kimia yang jika ada sedikit kesalahan saja bisa berefek fatal.
Takut Ditertawai: Anda Sedang Belajar
Tidak ada orang yang mau dirinya ditertawai. Apa yang orang yang takut ditertawai takutkan sebenarnya bukanlah tertawanya atau ditertawainya - tapi lebih kepada anggapan “tidak mampu” atau “tidak bisa”. Biasanya, orang dengan tipikal seperti ini adalah orang yang tinggi gengsi.
Kembali lagi, ingatlah bahwa anda sedang belajar. Bahwa dalam proses belajar, ditertawai itu sangat wajar. Toh yang menertawai juga adalah teman anda sendiri yang juga masih belajar. Jadi, mengapa harus takut atau merasa malu?
Fokuslah Pada Konten, Bukan Pada Orang
Saat berbicara didepan umum, fokus menentukan hasil yang akan anda dapatkan. Tanpa fokus, proses akan berantakan. Imbasnya, hasilpun akan tidak sesuai harapan.
Agar teman-teman lebih terpicu untuk fokus, ingatlah bahwa saat anda berbicara, pengajar anda juga sedang menilai anda atas 7 poin tadi (vocabulary, fluency, accuracy, pronunciation, intonation, understanding, dan diction). Jadi, tampillah semaksimal mungkin dengan berusaha memenuhi ketujuh kriteria tersebut. Fokus pada lingkungan - dalam hal ini orang atau audience anda - sama sekali tidak memiliki bobot penilaian.
Demam Panggung
Masalah ini tidak hanya dialami oleh anda seorang. Banyak orang diluar sana yang selalu bermasalah ketika akan tampil didepan publik. Percayalah, hal ini dapat diatasi dengan banyak-banyak latihan. Beberapa menyarankan untuk membawa sesuatu yang kecil (pensil atau pulpen), kemudian pegang benda tersebut saat anda tampil didepan publik. Mereka berkata hal ini dapat sedikit meredam demam panggung mereka.
Sebagian lainnya berkata bahwa saat berbicara, jangan menatap mata audience tapi tataplah alisnya. Katanya, menatap alis audience dapat sedikit meredam demam panggung.
Pengenalan terhadap kecenderungan diri sendiri adalah kunci mengatasi demam panggung. Pertama-tama, anda perlu mencari tahu dalam keadaan bagaimana rasa demam panggung anda muncul dan dalam keadaan bagaimana ia tidak muncul.
Dalam dunia hypnosis, anda disarankan untuk melakukan teknik ‘re-framing’ - yakni membingkai ulang kejadian-kejadian dimasa lalu anda (saat anda demam panggung), lihat diri anda sendiri yang sedang demam panggung itu dan lihatlah situasi tersebut dengan kacamata yang berbeda. Misalnya, saat itu anda tidak sedang demam panggung. Anda hanya sedikit gugup yang wajar karena itu adalah kali pertama anda tampil didepan umum. Ibarat naik sepeda, anda baru belajar. Jadi wajar jika kaki masih sering menapak ke tanah. Seiring berjalannya waktu, anda pasti lancar.