Mengapa Saya Belum Bisa Berbahasa Inggris?

Fakta bahwa bahasa Inggris masih menjadi momok “menyeramkan” bagi sebagian besar pelajar di Indonesia membuat bahasa Inggris menjadi benar-benar sulit dipelajari dan dikuasai. Berikut ini beberapa alasan mengapa berbahasa Inggris terasa sangat sulit.

Jika anda mengalami satu dari beberapa poin berikut, maka segeralah berbenah. Besar kemungkinan hal tersebutlah yang menghambat anda. Percayalah bahwa masalah-masalah mental berikut ini tidak dapat diselesaikan oleh orang lain. Hanya anda yang tahu dan hanya anda yang bisa menyelesaikannya.

Faktor Mentalitas

Apa yang anda alami saat ini - tentu saja yang berkenaan dengan bahasa Inggris - sangat banyak dipengaruhi oleh keadaan mental atau mentalitas anda. Berikut ini faktor-faktor mental yang mungkin selama ini membuat anda belum puas dengan kemampuan bahasa Inggris anda.

#1 Menganggap Kesalahan Sebagai Aib

Bahasa Inggris merupakan bagian dari social science yang jika anda melakukan kesalahan - misalnya kesalahan tata bahasa - maka tidak akan ada pihak yang anda rugikan. Berbeda halnya jika dalam belajar sains murni dimana kesalahan dapat berakibat fatal - dalam dunia medis atau kimia misalnya.

Melakukan kesalahan ketika sedang praktek bahasa Inggris sebenarnya membuktikan bahwa anda memang masih sedang belajar. Namun terkadang hal ini dianggap sebagai aib yang harus dihindari. Melakukan kesalahan tata bahasa dan pelafalan saat masih belajar itu wajar. Sewajar menurunkan kaki saat belajar bersepeda. Juga sewajar bayi yang jatuh saat berlajar berjalan.

Jika anda adalah salah satu orang yang menganggap melakukan kesalahan - terutama kesalahan tata bahasa - sebagai aib, maka anda tidak akan pernah bisa berbahasa Inggris kecuali jika masalah ini telah anda selesaikan. Apakah anda memiliki kerabat yang tidak bisa bersepeda karena takut jatuh? Andapun tidak akan pernah bisa berbahasa Inggris kalau masih takut berbuat kesalahan.

Berdamailah dengan diri anda. Ingat, kesalahan tidak membuktikan bahwa anda orang yang tidak berbakat melainkan hanya membuktikan bahwa anda sedang belajar.

#2 Kurang Yakin dan Percaya Diri

Dalam sebuah buku pengembangan diri berbasis NLP, dijelaskan bahwa di dunia ini tidak ada kesuksesan yang diraih tanpa dasar keyakinan. Dalam hal ini, yakin merupakan salah satu mental sukses dalam belajar - bukan hanya bahasa Inggris saja, tapi semua mata pelajaran atau mata kuliah.

Semasa kuliah dulu, banyak kerabat Dosen English yang sebenarnya tergolong mampu berbahasa Inggris. Namun karena kurang yakin dan percaya diri, kemampuan mereka tidak pernah terekspos hingga akhirnya para dosen menganggap mereka benar-benar tidak bisa. Setelah kelas berakhir, mereka baru berbicara panjang lebar tentang “sebenarnya” yang diikuti “tapi” - “sebenarnya tadi saya bisa menjawab, tapi...”; “sebenarnya tadi saya mau menjawab, tapi...”. Pada akhir semester, mereka yang berani tergolong kurang mampu tetapi memiliki modal yakin dan percaya diri yang tinggi justru mendapatkan nilai yang lebih tinggi karena dinilai berani mencoba oleh para dosen. Tidak hanya sampai disitu, beberapa tahun berselang, mereka yang dinilai kurang mampu tetapi yakin dan percaya diri ini akhirnya benar-benar mampu dan banyak dari mereka yang sukses. Ini fenomena yang nyata! 

#3 Self-Esteem

Self-esteem secara sederhana merupakan penilaian kita terhadap diri kita sendiri - termasuk terhadap kemampuan kita. Self-esteem berbeda dengan sombong atau angkuh. Self-esteem berarti mengukur dan menilai secara objektif - jika tidak mampu maka akui bahwa kita tidak mampu lalu belajar hingga mampu.

Orang-orang yang memiliki self-esteem yang rendah, yakni orang-orang yang kurang menghargai dirinya dan kemampuannya, biasanya terjebak pada keadaan yang stagnan. Biasanya mereka memiliki kemauan yang kuat dalam belajar tetapi selalu terhambat ketika praktek dan berujung pada keheranan.

Pernahkah anda merasa bahwa anda telah belajar lebih banyak dan lebih giat dari kerabat anda tapi teman anda yang sedikit belajar justru mendapatkan hasil yang lebih memuaskan dari anda?

Jika jawabannya “iya”, pernahkah anda mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi saat itu?

Besar kemungkinan, faktor mentalitas andalah penyebabnya. Mungkin anda kurang menghargai diri dan kemampuan anda sehingga saat datang peluang, anda terkesan kurang aktif dalam menyambut peluang tersebut dan lebih memilih untuk menunggu ada orang yang memulai duluan.

Hal tersebut adalah salah satu efek dari self-esteem yang rendah. Anda akan cenderung menyembunyikan kemampuan anda karena anda kurang menghargai karya anda sendiri. Berbeda dengan tidak yakin dan tidak percaya diri yang landasannya berupa keragu-raguan, self-esteem yang rendah berdasar pada tidak menghargai kemampuan diri.

#4 Perfeksionis

Orang-orang dengan tipikal ini, yakni yang baru akan bergerak ketika semuanya telah sempurna atau dianggap sempurna, biasanya juga akan terjebak pada keadaan yang stagnan. Orang yang perfeksionis biasanya berakhir pada kesadaran bahwa mereka telah kehilangan banyak waktu tanpa pernah mencoba.

Dalam speaking misalnya, orang yang perfeksionis tidak akan berbicara atau berargumen kecuali jika tata bahasa, pemilihan kata dan diksi, serta pelafalannya sudah benar. Mereka menghabiskan terlalu banyak waktu untuk berpikir dan memonitor diri mereka sendiri sampai akhirnya mereka kehabisan waktu dan kehilangan peluang.

Dalam writing, mereka tidak akan pernah benar-benar mulai menulis. Jikapun mereka menulis, mereka akan mengulang-ulangi tulisan mereka. Hal tersebut berlangsung secara terus-menerus sampai akhirnya mereka sadar bahwa mereka telah membuang banyak waktu dan energi tanpa ada sedikitpun tulisan yang mereka buat.

Perfeksionis sebenarnya merupakan sebuah mekanisme perlindungan diri. Alam bawah sadar anda tidak ingin anda malu karena kesalahan sehingga ia mendorong anda - melalui perintah kepada alam sadar anda - untuk tidak bergerak kecuali jika semuanya telah sempurna. Namun, menjadi perfeksionis akan sangat merugikan terutama jika sesuatu yang diraih atau dicapai merupakan skill atau kemampuan.

Skill atau kemampuan itu dibangun dari kesalahan demi kesalahan. Hal ini tidak berarti bahwa kita harus melakukan kesalahan. Bukan demikian maksudnya. Lakukan apa yang anda anggap sudah baik dan benar. Jika itu ternyata salah, perbaiki kesalahan-kesalahan tersebut dikemudian hari.

#5 Kurang Mampu Mengenal Diri Sendiri

Meskipun kedengarannya sepele, namun kemampuan kita mengenali diri kita sendiri sebenarnya merupakan faktor mental yang esensial. Banyak pelajar bahasa Inggris yang terlalu sering mencoba cara yang sama dan berujung pada keheranan mengapa mereka belum juga menuai hasil yang mereka harapkan.

Maksud dari kurang mampu mengenal diri sendiri disini lebih condong pada kekurang-mampuan mengenali gaya belajar yang cocok untuk diri kita sendiri. Ketika orang dengan tipikal dominan auditorial memaksakan diri untuk belajar melalui membaca buku, hasilnya tentu ada, hanya saja prosesnya akan sedikit lebih lama.

Mampu mengenali diri sendiri - khususnya kecenderungan gaya belajar - dalam hal ini berfungsi untuk mempercepat proses belajar kepada hasil yang ingin diraih. Cobalah untuk lebih banyak melihat kedalam diri anda sendiri - apakah anda dominan visual, auditorial, ataukah kinaestetik. Setelah anda mengenali kecenderungan gaya belajar anda, maksimalkan cara tersebut.

Saran dari Dosen English, jadilah pelajar yang mandiri. Jangan terlalu terpaku dengan keadaan yang diciptakan orang lain kepada anda. Misalnya guru yang sering memberi anda tugas untuk membaca, sementara anda adalah orang yang lebih senang mendengar. Diluar kelas, maksimalkan belajar melalui Podcast atau Youtube disamping membaca untuk memenuhi tuntutan guru anda tersebut.